Higurashi no Naku Koro ni adalah anime bergenre komedi, drama, misteri, pembunuhan, dan horor psikologi yang berasal dari ide sebuah perusahaan game bernama 07th Expasion, yang telah mengeluarkan karya ketiga mereka yang berjudul Umi no Naku Koro Ni (When They Cry 3) dengan Ryukushi07 sebagai salah satu krunya.
Sementara manganya dikeluarkan melalui Square Enix oleh Karin Suzuragi (Onikakushi-hen & Tsumihoroboshi-hen), Yutori Hōjō (Watanagashi-hen & Meakashi-hen),Jirō Suzuki (Tatarigoroshi-hen), Yoshiki Tonogai (Himatsubushi-hen), En Kitō (Onisarashi-hen & Utsutsukowashi-hen), Mimori (Yoigoshi-hen.
Higurashi no Naku Koro ni mengambil setting di bulan Juni 1983 (zaman Showa tahun 58) di Jepang. Setting anime ini adalah sebuah desa terpencil bernama Hinamizawa dengan populasi penduduk sekitar 1000 orang lebih, desa Hinamizawa mengambil model desa Shirakawa di Prefektur Gifu.
Tokoh utama dari cerita ini adalah Keiichi Maebara, Rena Ryuugu, Mion Sonozaki, Rika Furude, dan Satoko Houjou. Higurashi no Naku Koro ni juga diudarakan di Amerika dengan judul “When They Cry” oleh Geneon.
Sinopsis Anime Higurashi no Naku Koro ni
Pada bulan Juni tahun 1983, terjadilah suatu peristiwa mengenaskan. Di sebuah kamar dalam kegelapan malam, seorang pemuda dengan tongkat baseball menghajar dua perempuan berseragam sekolah sampai mati. Tongkat tersebut dihantamkannya dengan sekuat tenaga berkali-kali ke kepala, tangan, dan kaki korban hingga bersimbah darah dan meremukkan tulang mereka. Selesai dengan korbannya, dengan napas terengah-engah, ia berdiri dengan wajah seram seperti kesetanan.
Selepas opening yang berjudul sama dengan judul anime ini awalnya terlihat begitu hangat. Di pagi hari yang cerah Maebara Keiichi bangun dari tidurnya dan bersiap-siap ke sekolah. Keluar dari rumah ia bertemu dengan Ryuuguu Rena yang tampaknya selalu menunggu Keiichi setiap pagi. Rena terlihat sangat manis dengan seragamnya. Kemudian Keiichi bercerita bahwa ia baru pindah ke desa itu yang bernama Hinamizawa sebulan yang lalu.
Dalam perjalanan menuju ke sekolah, bertemulah mereka dengan Sonozaki Mion. Mion tampak tomboi dan kasar. Rupanya Mion adalah kakak kelas Keiichi dan Rena. Sesampainya di sekolah mereka belajar dalam satu kelas. Karena letaknya di desa terpencil, sekolah tersebut hanya memiliki satu kelas dengan satu guru yang mengajar murid dari kelas 1 SD hingga kelas 6 SD.
Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Rena dan Mion mengajak Keiichi untuk berjalan-jalan di sekitar desa tersebut besok. Mereka ingin memperkenalkan lingkungan di sekitar desa tersebut. Keesokan harinya mereka pergi ke kuil dan berpiknik di halamannya.
Lalu datang dua anak dari kelasnya yang bernama Furude Rika dan Houjou Satoko. Dilihat dari fisiknya, mereka sepertinya adik kelas Mion, Rena dan Keiichi. Selesai jalan-jalan hari sudah senja, mereka semua berpisah. “Sayang sekali sudah harus pulang”, kata Keiichi. “Bagaimana kalau kita mengambil jalan putar?”, ajak Rena.
Rena tampak gembira karena sudah lama ia tidak melewati jalan itu yang ternyata melewati tempat pembuangan barang bekas. Baginya itu seperti gundukan harta karun. Rena berjalan ke gundukan tersebut sedangkan Keiichi menuggu sambil tidur-tiduran di tepi jalan. Tiba-tiba Keiichi dikejutkan oleh seorang fotografer yang sekonyong-konyong membidikkan kamera ke arahnya.
Fotografer tersebut memperkenalkan dirinya sebagai juru kamera freelancer yang bernama Tomitake. Kadang ia datang ke Hinamizawa dalam event tertentu.
Dari kejauhan Rena memanggil, “Keiichi-kun! Maaf membuatmu menunggu, aku sudah hampir selesai.”
“Kamu bersama teman? Apa yang dilakukan dia di sana?”, tanya Tomitake.
“Mana kutahu. Mungkin dia mencari potongan mayat yang dia kubur”, gurau Keiichi.
Keduanya terdiam sesaat.. lalu,
“Memang tidak mengenakkan ya kejadiannya… sepotong tangan masih belum ketemu, kan?”, tanya Tomitake.
“A, apa..?!”
Keiichi sangat terkejut mendengar hal itu.
Kemudian Tomitake mohon pamit karena di kejauhan tampak Rena sudah selesai dengan urusannya. Setelah Tomitake pergi, Keiichi masih belum tersadar dari kagetnya dengan mulut menganga tidak menghiraukan Rena yang memanggil di belakangnya. Sampai Rena muncul di depannya baru ia tersadar.
Rupanya Rena menemukan barang menarik yaitu Kenta-kun ningyo (patung kolonel KFC) yang terkubur di bawah barang-barang rongsokan. Karena hari sudah petang, Keiichi mengusulkan untuk kembali keesokan harinya. Rena begitu gembira karena dengan bantuan Keiichi ia bisa membawa pulang Kenta-kun.
“Apa di sini pernah terjadi sesuatu, dulu?”, tanya Keiichi tiba-tiba.
“Oh, sepertinya dulu pernah ada rencana pembangunan dam. Tapi kurang tahu juga sih”, dengan ragu Rena menjawab.
“Pembangunan dam..? Apa mungkin sesuatu pernah terjadi selama pembangunan? Seperti kecelakaan atau pembunuhan?”
“Tidak tahu”, secepatnya Rena menjawab dengan nada dingin.
“Eh..?”
“Aku tinggal di tempat lain sampai tahun lalu”, jelas Rena.
“Jadi kamu juga murid pindahan? Kukira…”
“Karena itu aku kurang tahu tentang kejadian itu. Maaf..”, potong Rena sambil membalik badan membelakangi Keiichi.
“Oh begitu”, sahut Keiichi.
Keesokan harinya sepulang sekolah Keiichi bertanya pada Mion yang kebetulan menemaninya.
“Di sana, di tempat pembangunan dam, dulu pernah terjadi sesuatu, kan?”
“Pernah”
“Tiba-tiba mereka membangun dam dan pemerintah menggusur penduduk dengan paksa”, jelas Mion.
“Dengan paksa?, tanya Keiichi bingung.
“Makanya seluruh penduduk desa melawan”
“Kalau tidak desa ini sudah dibawah air…”, Mion terus menjelaskan tentang kejadian itu untuk beberapa saat lalu Keiichi bertanya,
“Apa tidak ada tindak kekerasan atau semacamnya? Seperti korban luka-luka atau korban jiwa?” Mion berhenti dan terdiam lalu berkata dingin, “tidak ada”. Lalu mereka berpamitan dan Keiichi pergi ke tempat pembuangan barang bekas untuk membantu Rena.
Tidak semudah yang diduga, ternyata Kenta-kun tertimbun cukup dalam di antara balok-balok kayu. “Sepertinya kita butuh kapak atau gergaji”, kata Keiichi.
“Tunggu sebentar, oke?!”, kata Rena bersemangat seraya meninggalkan Keiichi untuk mengambil sesuatu. Sementara itu Keiichi berjalan-jalan di sekitar situ dan melihat tumpukan koran dan majalah bekas. Ia jongkok lalu membalik-balik halaman sebuah majalah sambil teringat perkataan Tomitake “Sepotong tangan masih belum ketemu, kan?”. Tiba-tiba matanya tertegun pada sebuah berita yang berisi
“Di dam Hinamizawa, sebuah tragedi terjadi… Pembunuhan main hakim sendiri, badan terpotong-potong… Tanpa ampun korban dibantai oleh tersangka dengan kapak dan beliung. Selain itu, sebuah kapak digunakan untuk memotong korban hingga 6 bagian: kepala, kedua lengan, kedua kaki, dan batang tubuh. Salah satu pembunuh melarikan diri dan masih dicari.”
Keiichi menjadi ketakutan, ia teringat Rena dan Mion mengatakan tidak pernah terjadi apa-apa. Sekarang ia yakin bahwa pembunuhan tersebut memang pernah terjadi. Di belakangnya, dengan kapak di tangan, Rena berjalan mendekati Keiichi dengan senyuman menyeramkan…
Apa yang akan terjadi pada Keiichi? Lantas apa yang sebenarnya terjadi di desa itu? Dan apa hubungan Rena, Mion, Rika, dan Satoko dengan pembunuhan 5 tahun lalu?