Aksi Berkelas Guardiola Usai City Remukkan Burton

Aksi Berkelas Guardiola Usai City Remukkan BurtonJosep Guardiola bersalaman dan berbicara kepada setiap pemain Burton Albion. (Foto: Michael Regan/Getty Images)
Manchester – Manchester City melumat Burton Albion 9-0 dalam berkelahi semifinal leg I Piala Liga Inggris. Sebuah agresi berkelas dilakukan Josep Guardiola usai pertandingan.

City tak memberi kesempatan Burton bernapas ketika bertanding di Stadion Etihad, Kamis (10/1/2019) dinihari WIB. Gabriel Jesus menginspirasi City usai mengemas empat gol, yang ditambahkan oleh Kevin de Bruyne, Oleksandr Zinchenko, Phil Foden, Kyle Walker, dan Riyad Mahrez.

Hasil ini menciptakan City sudah satu kaki di selesai Piala Liga Inggris, atau semakin bersahabat mempertahankan gelar juaranya. Sementara dengan situasi tersebut, hanya kejaiban yang bisa meloloskan tim divisi tiga itu.

Kemenangan itu menyamai kemenangan terbesar Guardiola dalam kariernya sebagai manajer. Sebelumnya, Guardiola pernah memimpin bekas timnya, Barcelona, menang dengan skor serupa ketika menghadapi Hospitalet di Copa del Rey 2011/12.

Superioritas City tidak menciptakan Guardiola jemawa. Setelah wasit meniup peluit panjang tanda pertandingan bubar, manajer City itu terlihat menyempatkan diri untuk berbicara kepada setiap pemain Burton sesudah bersalaman.

Guardiola secara khusus berbicara lebih usang dengan kiper Burton Bradley Collins. Collins tentu saja murung sekaligus malu alasannya gawangnya kemasukan sembilan gol dalam 90 menit pertandingan, atau rata-rata sekitar 10 menit sekali.

Aksi Guardiola mendapat kebanggaan dari orang-orang di dunia maya. “Berkelas dari Pep Guardiola dengan menghibur kiper Burton sesudah dihancurkan 0-9. Apa yang bisa Anda katakan dalam situasi itu?” cuit Dave O’Grady, seorang jurnalis olahraga di radio Inggris.

Berita terkait:   Letak Dan Posisi Kamera Pada Smartphone Xiaomi

“(Setelah pertandingan) saya ingin menyelamati (Burton) alasannya bisa lolos hingga fase ini. Mereka layak mendapat pengakuan,” ucap Guardiola.

“Kami tidak punya trofi juara di dalam museum jadi setiap kali kami memperoleh peluang lolos ke final, kami harus mengambilnya dan terus merasa lapar.”


Sumber detik.com