Psikologi jadi tantangan terberat dikala tinggal di Mars. Foto: BBC Magazine
Jakarta –
Perusahaan antariksa menyerupai SpaceX sudah usang terobsesi dengan misi mengirimkan insan ke Mars. Mereka dikala ini masih menyiapkan teknologi yang diharapkan untuk mencapai misi tersebut.
Tapi, selain tantangan teknologi dan teknis yang harus diwujudkan ternyata ada problem lain yang harus diselesaikan oleh astronot yang ingin menuju Mars. Ilmuwan dari University of Exeter, Federico Caprotti menyampaikan tantangan terbesar yang harus ditaklukkan merupakan tantangan psikologi.
Ia menyebut, problem ini menyangkut potensi kru yang tidak saling cocok, ‘jetlag’ antar planet, dan prospek hidup berhimpitan di pesawat antariksa dan di pod kecil dikala datang di Mars.
“Misi jarak jauh memunculkan pertanyaan psikologis yang tidak sanggup dijawab oleh pengetahuan wacana ilmu luar angkasa yang ada,” ujar Caprotti, menyerupai dikutip detikINET dari Express, Rabu (2/1/2019).
“Contohnya, International Space Station memungkinkan astronot untuk kembali dan akibatnya muncul rasa kedekatan psikologis dengan Bumi. Misi ke Mars tidak memungkinkan ini, dan itu menunjukkan tekanan yang berlebihan,” sambungnya.
Caprotti menambahkan bahwa perjalanan yang sangat usang sanggup menjadikan tanda-tanda ‘jetlag’ antar planet di kalangan astronot. Perjalanan menuju Mars sendiri diperkirakan mencapai 400 hari.
Selain itu, tanda-tanda ‘jetlag’ yang digabungkan dengan tidak ada komunikasi real-time dengan ruang kontrol di Bumi sanggup berakibat buruk. Sinyal komunikasi dari Mars sendiri membutuhkan waktu empat hingga 24 menit untuk hingga di Bumi.
Prospek misi mengirim insan dan membangun koloni di Mars memang menjadi pro dan kontra. Pihak yang pro menyerupai CEO SpaceX, Elon Musk percaya bahwa ia sanggup mengirimkan insan ke Mars pada tahun 2030-an. Tapi pihak yang kontra ada yang menyebut bahwa ini hanya proyek buang-buang uang dan konyol.
Simak juga video ‘Tangkapan Suara dari Mars yang Bikin Merinding’:
[Gambas:Video 20detik]
Sumber detik.com