Kampus Asal Inggris Buka Jurusan Untuk Para Gamer

Game saat ini bisa dibilang sedang berkembang pesat. Pasalnya, semenjak kemunculan smartphone, game lebih mudah untuk dinikmati, entah itu game online atau game offline. Oleh sebabnya, para pengembang terus menawarkan game-game baru untuk memuaskan hasrat para pecinta game.

Berbicara mengenai game, tentu kita akan ingat bahwa pada Asian Games kemarin, ada sebuah lomba yang dinamakan eSports. Yaitu sebuah lomba yang di khususkan para gamer untuk bertanding. Dengan kata lain, para gamer nantinya akan saling beradu kepandaian dalam bermain game dengan gamer lainnya, dalam satu wadah yang diberi nama eSports atau Olahraga Elektronik.

Nah, mengenai hal itu, melansir dari Daily Mail (16/9/2018), salah satu universitas di Inggris, University of Chichester, membuka program belajar atau jurusan eSports. Hal ini dikarenakan mereka melihat adanya peluang karir pada eSports. University of Chichester menawarkan BA (Hons) tiga tahun dalam studi Esports.

Untuk program studinya sendiri, mereka meminta para mahasiswa untuk memainkan FIFA dan Counter Strike sebagai bagian dari gelar mereka.

“Kami mencari pekerjaan masa depan untuk mendukung kaum muda dan mereka yang mencari perubahan karier,” kata seorang juru bicara Universitas Chichester, mengutip Okezone.

Kabar yang beredar, mahasiswa yang akan diminta untuk bermain FIFA, Counter Strike, League of Legends dan Project Cars sebagai bagian dari gelar, diminta untuk membayar total biaya 27.750 poundsterling atau sekira Rp537 jutaan.

Sementara itu, berdasarkan informasi atau prospektus yang di sebarkan, pendidikan eSports penuh waktu akan dimulai pada September tahun depan.

“Untuk para gamer juga ada sesi pengembangan keterampilan berkelanjutan dan studi tentang pemikiran strategis dan taktis untuk meningkatkan kesuksesan permainan,” bunyi prospektus tersebut.

Berita terkait:   Baca! Harga Joi 7 Lite, Tablet Entry Level Dengan Biro Diam-Diam Atom X3

Menanggapi hal ini, seorang kritikus mengatakan bahwa universitas tersebut telah gagal dalam hal ‘tanggung jawab moral’ mereka kepada mahasiswa.